Sabtu, 15 Mei 2010

Teh

saya suka sekali teh, dari banyaknya minuman penghangat badan saat hujan atau dingin, saya tetap pilih teh. mengapa? jangan tanya, karena saya juga tidak tau jawabannya. yang jelas teh itu rasanya tersendiri, bukan pahit bukan manis, bukan asam, ini rasa teh. walaupun saat akhirnya meninggalkan rasa asam di lidah tapi tidak apa-apa lah, anggap saja yang asam itu penyesalan yang MEMANG selalu ada di akhir.

menurut saya dari satu jenis, merek, itu rasanya berbeda-beda. contohnya saat saya SMA, tiap waktu istirahat saya tidak pernah terlewatkan minum segelas teh dengan orang ang sekarang jadi pacar saya. mereknya (tidak saya sebutkan, tapi yang jelas semua teh yang saya minum sampai sekarang sama). rasanya manis, jelas karena saya tambahkan gula. asam yang datangnya akhir juga masih tetap ada. dan tidak ketinggalan rasa teh itu sendiri. tapi ketika teman saya minta teh saya tanpa permisi rasanya berubag drastis. rasanya seperti ego-mu sendiri. merasa tak ikhlas, dan ingin minta dikembalikan, jelas karena ia meminta tanpa permsi. selanjutnya teh ini akan saya jadikan pembanding dengan rasa-rasa teh yang lainnya yang telah saya coba.

setiap sore, sehabis waktu magrib. ibu saya pasti membuat satu teko kecil penuh teh, tentu saja untuk dihidangkan di ruang keluarga bagi seluruh keluarga. tidak dipungkiri hampir semua keluarga saya ternyata suka teh. kakak perempuan saya selalu meminum satu gelas besar teh manis setiap malamnya. karena saya malas mengambil gula sendiri di dapur, jadi teh ini rasanya lebih menjurus ke pahit, tapi tetap nikmat. rasanya seperti kebersamaan, saling berbagi, dan kedamaian yang dirasakan tanpa berebut isi teko itu. lebih enak dari kejadian teh di sekolah waktu itu.

nah tiap pagi sebelum memulai aktivitas, baik itu sekolah, kuliah, olahraga, main, atau apapun biasanya saya selalu meminum satu teguk teh manis. waah, ini teh rasanya semangat, mulai lah firasat baik dari teh di pagi hari. sayang teh ini jarang sekali saya coba. makannya sekarang saya jadi pemalas kelas kakap. jauh lebih meriah dibandingkan teh sekolah waktu itu. enak, menggelitik di lidah.

nah biasanya kalau saya main kerumah kekasih saya. saya disuguhi teh olehnya. enak, manis, apa lagi ditemani sidia kan? langsung saja saya utarakan rasanya. secara harfiah tehnya enak, wangi, manisnya pas. mungkin ia coba suguhkan secangkir penuh kasih sayang. dan tak akan pernah habis ya? amin.
tidak usah saya bandingkan dengan teh sekolah waktu itu. ini ENAK, kata pak bondan MAKNYUS.

tapi, dari semua teh yang pernah saya coba, ini lah juaranya teh. teh nomer satu di dunia yang pernah saya coba. mau tau?...
ini adalah teh buatan ibu saya yang dibuat khusus untuk bapak saya. begini ceritanya : setiap kali mau pergi, saya pasti mampir ke ruko bapak saya di pinggir jalan. di meja ruko itu pasti ada satu gelas mug besar khas orang betawi berisi teh lengkap dengan ampasnya. tiap kali saya lewat situ pasti saya mampirkan lidah saya di mug besar itu. dan rasanya enak sekali. manisnya, tehnya, hangatnya, ckckck. bukan main

mungkin ini teh rasa cinta ^^

0 komentar:

Posting Komentar