Kamis, 27 Mei 2010

Selamat Pagi Cirebon

Rabu pagi minggu ini bukan pagi yang panas, sejuk, beraroma embun tanpa polusi. Nasi Jamblang jadi sarapanku sebelum berangkat ke pusat kota untuk service sepeda. niatku pagi ini jalani amanah dari kakak buat service sepeda. telat, telat, telat. jam setengah delapan aku baru berangkat. kalau tidak berawan, matahari bakal sangar di kulitku.

buat perisai kulit aku pakai jaket. masa bodo dengan gerah, keringetan sekalian. karena tidak buru-buru aku santai saja mengayuh sepeda. Plumbon, Tegalwangi, Plered aku telusuri. suasananya agak beda. masih lenggang, padahal biasanya ramai. atau mungkin masih pagi? jam setengah delapan?.

damai sekali. pemandangan pagi ini didominasi dengan pelajar dari SD sampai SMA. SD yang berangkat dengan ceria, SMP yang masih mematuhi peraturan dengan rok dibawah lutut, dan baju yang dimasukkan, dan SMA dengan baju ketat, celana pensil, sabuk berbagai warna, merokok dan sebagainya. oh satu lagi. mahasiswa dengan jas almamater hijaunya yang mungkin berangkat kepagian. jam delapan?

aku berhenti sejenak di kost-an temen. istirahat, ngobrol, minum. ternyata si Insomnia itu masih tidur, jam delapan? padahal dia ada ujian hari ini. belajar dong, masa tidur? ah namanya juga insomnia. tetapi akhirnya aku bangunkan dia. jadilah aku istirahat di situ.

puas istirahat, aku lanjutkan perjalan. lewat mall di tengah kota : Grage, ternyata masih sepi juga. pintu-pintu kacanya belum terbuka semuanya. lahan parkir masih kosong. belum buka atau kesiangan? jam delapan?.

ketidaklengkapan spare part satu toko membuatku keliling kota mencari dealer sepeda yang menjual ban luar ukuran 700. susah sekali, lebih dari empat toko aku masuki. tapi akhirnya ada juga toko yang menyediakan ban itu sekaligus service. amanah belum selesai, aku harus mengantar sepeda ke Bank Syariah Mandiri yang tidak jauh dari tempat service sepeda tadi.

"punya Dwi?" tanya satpam Bank itu.

"iya".

"taroh di belakang aja de".

aku menurut, sambil ngeloyor ke belakang. ternyata di belakang Bank itu sudah banyak sepeda terpakir berdesakkan. setelah memarkirkan, aku langsung pergi, pulang. naik angkot tentunya.

kalau bukan elf, aku selalu mengaincar tempat duduk paling depan. alasannya : ya bisa ngeliat kedepan, bukan kesamping.

perjalanan pulang jadi kebalikan perjalanan berangkat. tentu saja. jalanan sudah penuh, aspal terlihat panas. asap sudah meriah. tapi aku tidak terlalu memperhatikan perjalanan pulangku. enak saja aku ngobrol lewat facebook.

2 komentar:

Rie mengatakan...

Udah lama nggak ke Cirebon. Kayak apa sih skrg?

Naek angkot mah enakan di belakang, sama kayak bis, biar bisa liat semua yg di depan. Apalagi kalo dapet di pojok. Enak buat tidur.

aris sunjaya mengatakan...

belum terlalu berubah, ya gitu aja.. bedanya sekarang dah agak macet.

itu kalo elf, saya juga suka dibelakang. tapi klo angkot biru (GP) enakan didepan. klo dibelakang duduknya miring sih

Posting Komentar